Saturday, April 21, 2007

Ciuman Seorang Anak

Dulu ada seorang gadis kecil bernama Cindy. Ayah Cindy bekerja enam hari dalam
seminggu, dan sering kali sudah lelah saat pulang dari kantor. Ibu Cindy bekerja sama
kerasnya mengurus keluarga mereka memasak, mencuci dan mengerjakan banyak
tugas rumah tangga lainnya. Mereka keluarga baik-baik dan hidup mereka nyaman.
Hanya ada satu kekurangan, tapi Cindy tidak menyadarinya.

Suatu hari, ketika berusia sembilan tahun, ia menginap dirumah temannya, Debbie,
untuk pertama kalinya. Ketika waktu tidur tiba, ibu Debbie mengantar dua anak itu
ke tempat tidur dan memberikan ciuman selamat malam pada mereka berdua.
"Ibu sayang padamu," kata ibu Debbie.
"Aku juga sayang Ibu," gumam Debbie.

Cindy sangat heran, hingga tak bisa tidur. Tak pernah ada yang memberikan ciuman
apapun padanya.. Juga tak ada yang pernah mengatakan menyayanginya. Sepanjang
malam ia berbaring sambil berpikir, mestinya memang seperti itu.

Ketika ia pulang, orangtuanya tampak senang melihatnya.
"Kau senang di rumah Debbie?" tanya ibunya.
"Rumah ini sepi sekali tanpa kau," kata ayahnya.
Cindy tidak menjawab. Ia lari ke kamarnya. Ia benci pada orangtunya. Kenapa mereka
tak pernah menciumnya? Kenapa mereka tak pernah memeluknya atau mengatakan
menyayanginya? Apa mereka tidak menyayanginya?. Ingin rasanya ia lari dari rumah,
dan tinggal bersama ibu Debbie. Mungkin ada kekeliruan, dan orangtuanya ini bukanlah
orang tua kandungya. Mungkin ibunya yang asli adalah ibu Debbie.

Malam itu, sebelum tidur, ia mendatangi orangtunya.
"Selamat malam,"katanya.
Ayahnya, yang sedang membaca koran, menoleh. "Selamat malam,' sahut ayahnya.
Ibu Cindy meletakkan jahitannya dan tersenyum. "Selamat malam, Cindy."
Tak ada yang bergerak. Cindy tidak tahan lagi.
"Kenapa aku tidak pernah diberi ciuman?" tanyanya.
Ibunya tampak bingung, "Yah...," katanya terbata-bata, "Sebab... Ibu rasanya karena
tidak ada yang pernah mencium Ibu waktu ...... waktu Ibu masih kecil. Itu saja."

Cindy menangis sampai tertidur. Selama berhari-hari ia merasa marah. Akhirnya ia
memutuskan untuk kabur. Ia akan pergi kerumah Debbie dan tinggal bersama mereka.
Ia tidak akan pernah kembali kepada orangtuanya yang tidak pernah menyayanginya.
Ia mengemasi ranselnya dan pergi diam-diam. Tapi begitu tiba di rumah Debbie, ia
tidak berani masuk. Ia merasa takkan ada yang mempercayainya. Ia takkan diizinkan
tinggal bersama orangtua Debbie. Maka ia membatalkan rencananya dan pergi.

Segalanya terasa kosong dan tidak menyenangkan. Ia takkan pernah mempunyai
keluarga seperti keluarga Debbie. Ia terjebak selamanya bersama orangtua yang paling
buruk dan paling tak punya rasa sayang di dunia ini. Cindy tidak langsung pulang, tapi
pergi ke taman dan duduk di bangku. Ia duduk lama, sambil berpikir,hingga hari gelap.
Sekonyong-konyong ia mendapat gagasan. Rencananya pasti berhasil. Ia kan
membuatnya berhasil.

Ketika ia masuk kerumahnya, ayahnya sedang menelpon. Sang ayah langsung menutup
telepon. Ibunya sedang duduk dengan ekspresi cemas. Begitu Cindy masuk, ibunya
berseru,"Dari mana saja kau? Kami cemas sekali!".
Cindy tidak menjawab, melainkan menghampiri ibunya dan memberikan ciuman di pipi,
sambil berkata,"Aku sayang padamu, Bu."Ibunya sangat terperanjat, hingga tak bisa bicara. Lalu Cindy menghampiri ayahnya dan
memeluknya sambil berkata,"Selamat malam, Yah. Aku sayang padamu", lalu ia pergi
tidur, meninggalkan kedua orangtuanya yang terperangah di dapur.

Keesokan paginya, ketika turun untuk sarapan, ia memberikan ciuman lagi pada ayah dan
ibunya. Di halte bus, ia berjingkat dan mengecup ibunya.
"Hai, Bu", katanya. "Aku sayang padamu."
Itulah yang dilakukan Cindy setiap hari selama setiap minggu dan setiap bulan. Kadang-
kadang orangtuanya menarik diri darinya dengan kaku dan canggung. Kadang-kadang
mereka hanya tertawa. Tapi mereka tak pernah membalas ciumannya. Namun Cindy tidak
putus asa. Ia telah membuat rencana, dan ia menjalaninya dengan konsisten. Lalu suatu
malam ia lupa mencium ibunya sebelum tidur. Tak lama kemudian, pintu kamarnya
terbuka dan ibunya masuk.

"Mana ciuman untukku?", tanya ibunya, pura-pura marah.
Cindy duduk tegak. "Oh, aku lupa", sahutnya. Lalu ia mencium ibunya.
"Aku sayang padalmu, Bu." Kemudian ia berbaring lagi.
"Selamat malam", katanya, lalu memejamkan mata.
Tapi ibunya tidak segera keluar. Akhirnya ibunya berkata.
"Aku juga sayang padamu." Setelah itu ibunya membungkuk dan mengecup pipi Cindy.
"Dan jangan pernah lupa menciumku lagi," katanya dengan nada dibuat tegas.
Cindy tertawa. "Baiklah", katanya. Dan ia memang tak pernah lupa lagi.

Bertahun-tahun kemudian, Cindy mempunyai anak sendiri, dan ia selalu memberikan
ciuman pada bayi itu, sampai katanya pipi mungil bayinya menjadi merah. Dan setiap kali
ia pulang kerumah, yang pertama dikatakan ibunya adalah:
"Mana ciuman untukku?", dan kalau sudah waktunya Cindy pulang, Ibunya akan berkata,
"Aku sayang padamu. Kau tahu itu, bukan?"
"Ya, Bu," kata Cindy. "Sejak dulu aku sudah tahu."


Bila kita ingin mengubah sesuatu dalam kehidupan kita sehari-hari dan ingin agar orang lain
melakukannya pada diri kita sendiri, mulailah dari diri sendiri, mulai dari sekarang danmulai dari yang sederhana. Jangan putus asa!!!.
Bila jadi orangtua kelak, untuk menunjukkan kasih sayang kepadanya, Cium dan Peluklah.

No comments:

Post a Comment